Sabtu, 26 November 2016

Cerpen

Si Jenius Yang Malang

18 tahun yang lalu, lahirlah seorang anak laki-laki, Ia diberi nama Januar Radenza (dibaca Yanuar Radenza). Lahir pada Jum’at Kliwon tanggal 29 Februari abad 20 di Desa Sembarang membuat identitas anak ini sedikit berbau mistis. Ayahnya bernama Soeddani Bin Surjo, seorang PNS guru SD. Ibunya bernama Hotina Binti Sujanni. Ia punya kakek dan nenek kecuali kakek dari Ibunya yang sudah lama meninggal sebelum Radenza dilahirkan.  Keluarga kecil ini tinggal di rumah pribadi yang sederhana nan asri. Radenza nama panggilannya, masa bayinya agak kurang menyenangkan dikarenakan penyakit kulit yang sering dideritanya. Tubuhnya alergi dengan makanan tertentu yang apabila ibunya atau dia mengkonsumsinya maka kulitnya akan memerah dan terasa gatal-gatal di tubuhnya. Di masa balita, Ia hanya boleh bermain di sekitaran rumahnya dengan sepupu-sepupunya. Namun, itu tidakk membuatnya jadi tidak nakal, sering sekali ia berkelahi dengan sepupunya. Ia pernah menggigit sekitaran bahu sepupu laki-lakinya hingga sepupunya tersebut menangis. Ia juga sering memukul sepupu-sepupunya yang lain yang sering bermain dengannya. Tapi ia hanya berlaku pada sepupu-sepupunya saja, bagi orang lain Radenza tetaplah seorang anak yang lugu dan pendiam.
“Den, lihat siapa itu yang baru pulang”
kata kakeknya pada Radenza sambil mengarahkan pandangannya pada ayah Radenza yang baru pulang pelatihan guru selama 3 minggu.
“Siapa orang itu Kek?”
Radenza balik bertanya dengan polosnya.
“weleh cah gemblung, ora ngerti karo ayah ne ndewe (waduh dasar bocah aneh, tidak tau dengan ayahnya sendiri)
jawab sang kakek dalam bahasa Jawa dengan sedikit tertawa geli karena keanehan cucunya. Radenza memang suka lupa, bahkan dengan orang tuanya sendiri, apalagi dengan faktor 3 minggu tak bertemu.
Masa kecil Radenza sering ia habiskan bersama bibinya yang bernama Almira. Bibinya tersebut yang sering mengasuhnya saat Ibu Radenza sedang sibuk. Radenza sudah seperti ekor bibinya, kemana bibinya pergi disitu ada Radenza. Bibinya senang mengasuhnya karena Radenza anak yang penurut, ia bahkan sering dijadikan bahan eksperimen bibinya dalam tata rias. Ia sering dipakaikan make up untuk perempuan, alisnya pernah dicukur, bulu matanya dicukur dan lain-lainnya. Ia hanya menurut saja dengan hal-hal tak lazim yang dilakukan oleh bibinya. Di usia sekitaran 4 tahun, Radenza sudah menunjukkan potensi kejeniusannya. Ia sudah bisa menyebutkan semua huruf alfabet dengan benar, mampu berhitung hingga seratus bahkan lebih, mengerjakan operasi pertambahan dan perkurangan matematika, dan bahkan di usia 5 tahun ia sudah hapal bilangan 1-10 dalam Bahasa Inggris. Ia belajar dari gambar-gambar yang dibelikan dan ditempelkan Ibunya di dinding.
“one, two, three, four, five, six, seven, eight, nine..  tennn”
Meskipun pelafalannya belum baik namun itu merupakan hal yang cukup istimewa untuk anak seumurannya.
“waahh anak pintar”
kata Emak (Ibu) Radenza sambil tepuk tangan meskipun tengah sibuk masak untuk makan siang mereka. Kemudian, di usia 5 tahun ini juga Radenza didaftarkan kedua orang tuanya di Taman Kanak-kanak sekitar 4 kilometer dari rumahnya. Perjalanan pendidikannya di Taman Kanak-kanak berkembang pesat namun juga memprihatinkan. Radenza cepat menangkap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Ketika ada tugas pekerjaan rumah (PR) dari guru, ia mengerjakannya sendiri walaupun tetap sedikit dibantu oleh ibunya dan terkadang juga oleh bibinya. Radenza dianggap anak yang jenius oleh keluarga dan juga guru-gurunya. Pada saat 3 bulan menjelang akhir masa Taman Kanak-kanaknya, Radenza mengalami kecelakaan yang cukup parah. Ia terjatuh dari sebuah wahana permainan setinggi 3 meter karena rebutan dengan teman-temannya. Ia dirujuk ke rumah sakit karena kepalanya terbentur cukup keras di tanah. Dokter menyatakan bahwa Radenza hampir mengalami gegar otak dan mengalami hilang ingatan ringan. Sebulan ia libur dan akhirnya sembuh dan kembali bersekolah. Namun, nasib malang masih belum selesai menghampirinya, sekitar satu bulan menjelang kelulusan dari TK, ia kembali mengalami kecelakaan. Kali ini, kaki kirinya patah pada bagian engkel dan tulang keringnya retak karena terjatuh dari sepeda. Ia kembali harus istirahat di rumah selama 3 bulan lebih. Meskipun begitu, ia tetap diluluskan dari Taman Kanak-kanak atas pertimbangan dari Kepala TK dan atas perkembangan prestasinya yang mencolok selama proses pembelajaran.

Jersey